Oleh Dr A Ilyas Ismail
Pada suatu hari, Abu Bakar As-Shiddiq bersumpah untuk tidak lagi membantu Misthah bin Atsatsah, salah seorang kerabatnya. Sebab, ia telah ikut menyebarkan berita bohong mengenai putrinya, Siti Aisyah. Namun, Allah SWT melarang sikap Abu Bakar itu dengan turunnya ayat ke-22 dari surah An-Nur.
“Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka tidak akan mem beri (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berla pang dada. Apakah ka mu tidak ingin agar Allah meng ampunimu? Sesungguhnya, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nur [24]: 22).
Pada suatu hari, Abu Bakar As-Shiddiq bersumpah untuk tidak lagi membantu Misthah bin Atsatsah, salah seorang kerabatnya. Sebab, ia telah ikut menyebarkan berita bohong mengenai putrinya, Siti Aisyah. Namun, Allah SWT melarang sikap Abu Bakar itu dengan turunnya ayat ke-22 dari surah An-Nur.
“Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka tidak akan mem beri (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Hendaklah mereka memaafkan dan berla pang dada. Apakah ka mu tidak ingin agar Allah meng ampunimu? Sesungguhnya, Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nur [24]: 22).