Sunday, November 27, 2016

Hancurnya Generasi, Bisa Karena Orang Tua

PADA dasarnya setiap insan membutuhkan panutan dalam keluarga yaitu sosok yang bisa dijadikan kebanggaan dalam hidupnya, begitu juga para kaum hawa mereka butuh tauladan dari orang tua dan keluarga terdekatnya.
Tanpa tauladan, mereka akan kesulitan untuk menemukan makna hidup, jalan pulang di tengah derasnya arus modernisasi dan merasakan manisnya hidup. Kenapa demikian?
Para perempuan sesungguhnya tidak bisa berjalan tanpa ada arahan orang-orang terdekat. Para orang tua mempunyai peran penting dalam mendidik anak gadisnya, tanggung jawab mereka bukan saja dalam masalah ekonomi dan kasih sayang, melainkan ada juga tanggung jawab pendidikan agama.
Dalilnya mana?
Mudah saja, bisa dengan pendekatan logika, karena segala sesuatu adalah titipan Tuhan termasuk harta benda, keturunan, kesehatan, waktu luang, sampai amanat sebagai pemangku kepentingan.
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُلۡهِكُمۡ أَمۡوَٲلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَـٰدُڪُمۡ عَن ذِڪۡرِ ٱللَّهِ‌ۚ وَمَن يَفۡعَلۡ ذَٲلِكَ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡخَـٰسِرُونَ (٩)
“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al Munaafiquun: 9)
Ditambahkan di surat Al Anfaal ayat 28.
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Para orang tua bertanggung jawab memberi pendidikan moral kepada kaum hawa, karena jika lengah apalagi mengabaikannya, maka mereka bisa masuk ke dalam pola hidup kurang tepat, salah memilih pergaulan, teman curhat, tauladan dan yang lebih berbahaya salah memilih pasangan hidup.
Jika hal ini terjadi pada kaum hawa akan berdampak besar pada perubahan prilakunya ke arah yang kurang baik, oleh karenanya peran para orang tua untuk mendidik agama kepada anak-anaknya menjadi hal yang sangat serius.
Apalah arti sukses;  Jika dalam rumahnya belum tertata, jika anak-anaknya kurang mendapat perhatian kendati materi selalu ada, anak-anaknya jauh dari pendidikan agama dan moral, anak-anaknya kurang mendapat bimbingan dalam perkembangan kejiwaannya, kurangnya tauladan dalam kehidupan anak-anaknya, kurang diajarkan sopan santun dan bertutur kata yang baik kepada anak-anaknya, jika anak-anaknya tak kunjung dewasa, tidak mandiri dan selalu bergantung kepada orang tua, jika anak-anaknya frustasi karena sikap orang tua yang tidak bijaksana dan jika anak-anaknya sulit diatur dan nakal
Para orang tua hendaknya mengingat pertumbuhan anak-anaknya, baik secara psikologis maupun dalam pendidikan yang mempunyai pengaruh besar dalam sejarah perjalanan hidupnya.
Ada tiga hal penting; Pertama, jangan sampai menyesal karena salah mendidik anak, kedua, jangan sampai bersedih karena terlalu sibuk demi ambisi pribadi, ketiga, jangan sampai air mata meluap karena gagal membahagiakan anak menjadi pribadi berkarakter, bermoral dan beragama.
Ibu di Rumah
Ada beberapa pola yang harus kita perhatikan sebagai orang tua dalam mendidik anak-anak dengan ikut menyertai hari-harinya dengan pendidikan yang berawal dari keluarga, sebelum mereka mengenal lingkungan sekolah dan lingkungan bergaul.
Teruntuk para ibu maupun calon ibu jadilah sebaik-baik sekolah untuk anak-anaknya, dalam ungkapan bahasa Arab dikatakan “Al Ummu Madrasatun”, artinya seorang ibu adalah sebaik-baik sekolah. Peran bapak juga penting, namun peran ibu jauh lebih penting.
Maka kita bisa membayangkan jika seorang ibu sibuk bekerja siang malam mencari tambahan untuk suaminya lalu menitipkan anak-anaknya kepada orang lain, di satu sisi kita tidak tahu apa yang dirasakan dan dibutuhkan sang anak.
Bukan berarti seorang perempuan tidak boleh bekerja atau membantu suaminya, akan tetapi seyogyanya pandai memilih skala prioritas dalam kehidupannya sehingga tidak terjebak dalam urusan sekunder, apalagi jika hanya memenuhi gaya hidup semata. Berbahaya!
Dalam kehidupan anak-anak, berbahagia cukup sederhana yaitu hari-hari mereka bisa dilalui bersama orang-orang terdekatnya khususnya seorang ibu. Kenapa demikian?
Kasih sayang seorang ibu jauh berbeda dengan bapak. Sampai kapanpun perhatian dan kasih sayang yang diberikan seorang ibu tidak mungkin sama dengan bapak. Inilah kelebihan para ibu. Maka berbahagialah anda sebagai seorang perempuan.
Kelebihan lain, ketika para ibu ditinggal suaminya, ia sanggup mengurusi beberapa anaknya bahkan tak jarang mereka yang rela tidak menikah lagi seumur hidupnya dan hanya fokus mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Berbeda dengan para lelaki yang ditinggal isterinya, biasanya tak lama berselang mereka menikah lagi,tak sanggup mengurus diri sendiri dan anak-anaknya.
Saat sang anak hendak bepergian jauh, dalam banyak kasus seorang ibu lebih pandai mempersiapkan kebutuhan sampai bekal makananpun disiapkan, ketika sudah dalam perjalanan perhatian tak pernah putus, menelepon, sms dan terus menemani perjalanan sang anak dengan perhatian sampai tiba di tempat tujuan.
Ada sebuah ungkapan :
“Jika seseorang ditinggalkan ibunya maka akan berdampak pada kurangnya perhatian dan sentuhan kasih sayang, jika ditinggal bapak dampaknya pada masalah ekonomi”
Anehnya di zaman sekarang banyak anak yang lebih dahulu yatim piatu kendati orang tuanya masih hidup. Dan nampaknya inilah penyakit kronis yang banyak diderita anak-anak yaitu penyakit “KUPER” alias kurang perhatian. Alangkah sayang!
Seandainya para orang tua mau mendudukkan anak-anaknya untuk mendengar keluh kesah dan mendapat jawaban jujur dari buah hati, cobalah sesekali tanyakan.
Nak! Tolong koreksi ibu dan bapak, coba sebutkan apa saja kekurangan kami selama ini?.
Para orang tua usah kaget, karena anda akan dicecar dengan ribuan keluh kesah dan beragam kekurangan anda. Jika anda merasa punya 100 kebaikan kepada anak anda, maka anak anda akan mengutarakan 1000 kekurangan anda. Maka sadarlah!
Mungkin saja umur seorang ibu tidaklah panjang menemani hidup sang anak, namun betapa banyak mereka yang bahagia kendati ibunya sudah lama meninggal,karena sentuhan kasih sayang sang ibu yang masih melekat dan membekas di relung sanubari sang anak. Sebaliknya betapa banyak anak-anak yang orang tuanya masih hidup namun hidupnya kurang bahagia, karena kurang mendapat perhatian dan kasih sayang. Alangkah sayangnya!
Para ulama berpendapat diantara sebab hancurnya generasi dan rusaknya karakter anak-anak umumnya karena faktor orang tua mereka sendiri, kurang perhatian, tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban agama, perkara halal haram dan sunnah-sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada anak-anaknya.
Sungguh! Tiada yang lebih membuat orang tua berbahagia, melainkan melihat anak-anaknya takut dan tunduk ruduk hanya kepada Allah semata.*/Guntara Nugraha Adiana Poetra,pemerhati masalah keluarga. www.hidayatullah.com

No comments:

Post a Comment