SEORANG ulama salaf pernah berkata: “Betapa banyak seorang hamba
siang malam sujud dan bermunajad kepada Allah SWT, namun semuanya hampa
tanpa sedikitpun pahala. Sebaliknya, ada hamba Allah yang terkesan
“santai” dalam beribadah, tetapi oleh Allah diganjar dengan pahala
melimpah” (Syeikh Zein bin Smith, al-Manhaj al-Sawi). Bagaimanakah hal ini bisa terjadi?
Kita pun berpikir, mestinya orang yang berpayah-payah beribadah
itulah yang pantas mendapat pahala yang lebih. Sedangkan seorang hamba
yang ibadahnya biasa-biasa saja itu diganjar dengan pahala yang tidak
melimpah. Bukankah ibadah itu diganjar sesuai kadar kepayahannya?